HASTO, MENTERI KAYA RAYA HINGGA MENYANYIKAN INDONESIA RAYA
Hari ini, saya berkesempatan
datang ke Bank Syariah Indonesia (BSI) di Depok. Sampai di dalam, pak satpam
langsung menghampiri saya dan menanyakan apa yang bisa dibantu.
“Selamat pagi, ada yang saya bisa dibantu,” kata pak satpam dengan ramah dan sopan.
Setelah berbincang sejenak, pak
satpam memberikan saya kartu dengan nomor urut 17. Saya pun bergegas ke lantai
dua dan duduk di kursi yang sudah disediakan sambil menunggu giliran dipanggil
berdasarkan nomor urutan.
Hari ini nasabah yang datang lumayan banyak.
Sambil mengisi waktu luang, saya membuka gawai mencari berita yang sedang viral, diantaranya kasus tersangka Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto atas dugaan
terlibat dalam tindak pidana suap kepada Wahyu Setiawan untuk kepentingan
penetapan pergantian antarwaktu anggota (PAW) DPR RI periode 2019-2024 Harun
Masiku.
Hasto, juga dikenakan pasal
perintangan penyidikan atau obstruction of justice. Hasto disebut membocorkan
Operasi Tangkap Tangan (OTT) pada awal 2020 lalu yang menyasar Harun. Dia
diduga meminta Harun merendam handphone dan segera melarikan diri.
Hasto diduga juga memerintahkan
anak buahnya yakni Kusnadi (Staf PDIP) untuk menenggelamkan handphone agar
tidak ditemukan oleh KPK.
Tak hanya itu, Hasto disebut
mengumpulkan beberapa orang saksi terkait perkara agar tidak memberikan
keterangan yang sebenarnya.
Saya hanya membaca saja, kalau pun bersuara paling hanya dengan teman sejawat. Berdiskusi ‘ngalor ngidul’ entah benar atau tidak yang penting mengeluarkan unek-unek yang udah enek..Hehehe.
Maklum lah saya bukan pengamat politik yang sering muncul di televisi swasta.
Para pengamat politik yang hebat itu tentunya punya pisau analisa yang tidak
tumpul, pasti sangat tajam mengupas dari dalam dan luar.
Hmmm, saya bertanya dengan diri
saya sendiri. “Kenapa KPK sibuk memburu Harun Masiku dan menjadikan tersangka
Hasto? Apakah ada uang negara yang jumlahnya triliunan ditilep Harun Masiku?
Kenapa KPK tidak memburu para koruptor yang jelas ada di depan mata, pejabat
negara pulak!”
“Ngeri kali negeri ku ini. Biarlah
kita serahkan saja kepada Sang Pencipta Alam ini yang tidak bisa disogok atau
dikibuli oleh manusia tanpa wajah itu.”
Setelah berita Hasto, saya beralih
berita selanjutnya. Mata saya tertuju pada berita Menteri Pariwisata Widiyanti
Putri yang memilki harta kekayaan sangat fantastis Rp5,4 Triliun. Wooow! Pikiran
saya langsung melayang membayangkan seandainya saya menjadi konglomerat.
Baru akan mulai menghayal apa yang
akan saya lakukan, tiba-tiba salah seorang karyawan BSI meminta kepada para
nasabah untuk berdiri tegap dan ikut menyanyikan Indonesia Raya. “Bapak dan
ibu, mohon berdiri dan menyanyikan Indonesia Raya. Setiap Senin jam 10 pagi, kita
menyanyikan Indonesia Raya yang sebentar lagi akan diputar.”
Saya dan para nasabah kemudian
berdiri dan ikut menyanyikan Indonesia Raya. Suasana di dalam ruangan itu
menjadi tenang. Lagu Indonesia Raya berkumandang. Semua ikut menyanyikan
Indonesia Raya dengan penuh semangat dan rasa haru, tak terkecuali dua karyawan
BSI itu.
Saya melirik sepasang suami isteri yang berada di samping saya, terlihat begitu semangat menyanyikan Indonesia Raya. Saya tidak mampu berkata-kata, air mata saya bergulir. Teringat para pejuang yang rela mati demi merebut kemerdekaan dari tangan penjajah tetapi setelah negerinya merdeka yang menikmati malah bangsa lain yang berkolaborasi dengan penguasa! Satu persen dari mereka menguasai semua aset negara. Tragis memang!
Jika saja, lagu Indonesia Raya
ini dimaknai dengan benar maka tidak ada lagi para penghianat negeri di
Indonesia tercinta ini. Semua rakyat tertanam jiwa nasionalisme kebangsaan. Indonesia
akan sejahtera, jaya dan makmur rakyatnya. Yah, semoga saja!!.
Comments
Post a Comment