MAKANAN BERLEMAK MEMICU SESEORANG JADI LGBT
![]() |
(Foto: Ilustrasi/Istimewa) |
“Jika manusia membunuh alam, dia sendiri juga ikut mati! Di antara orang mati, tidak ada pemenang!
Penelitian ini disampaikan oleh
Rita Strakoska dalam dokumen yang dia publikasikan secara mandiri di Amazon.
Rita meraih gelar M.P.S jurusan Psikologi Klinis dari Universitas Albania. Dia menyelesaikan studinya dengan medali emas di SMA "Janaq Kilica" kemudian melanjutkan studinya di Fakultas Hukum di Budapest yang merupakan ibu kota negara Hungaria.
Dalam dokumen tersebut, dia mencoba
menghubungkan homoseksualitas dengan makanan yang tidak sehat.
Dalam tulisannya, Rita Strakoska mengklaim bahwa LGBT sering mengonsumsi sejumlah besar makanan dengan indeks glisemik
tinggi, dan berlemak atau biasa dikenal sebagai makan makanan tak seimbang.
Penelitiannya juga mengkaji keterkaitan obesitas dengan kalangan homoseksual.
“Laki-laki gay, wanita lesbian,
dan biseksual melaporkan kemungkinan konsumsi minuman manis lebih tinggi
ketimbang pria dan wanita normal,” kata Rita seperti dilansir dari Pinknews.
![]() |
Rita Strakoska |
Peneliti kelahiran Fier ini menyebutkan
dalam makalah penelitiannya bahwa memotong makanan berlemak, dan manis dapat
mencegah, dan mengobati seseorang dari homoseksual. Hal itu dapat ditempuh
dengan melakukan diet sehat tanpa gula, dan cukup istirahat.
“Jika Anda mengikuti petunjuk tersebut, orientasi seksual Anda bisa kembali ke heteroseksual,” tutup Rita.
![]() |
Kue LGBT (Foto: Istimewa) |
LGBT saat ini bukan lagi perilaku individu, melainkan sudah menjadi sebuah gerakan global. Gerakan ini terorganisir secara rapi, dan masuk ke tengah masyarakat melalui beberapa jalur. Menurut survei CIA, Indonesia merupakan negara kelima terbesar di dunia dalam penyebaran LGBT. Ada lima jalur yang menjadi pintu masuk terbukanya LGBT di Indonesia.
Pertama, jalur akademik. Pada 6-9
November 2006 diselenggarakan pertemuan 29 pakar Hak Asasi Manusia (HAM) di
Universitas Gajah Mada. Forum ini kemudian melahirkan”Prinsip-Prinsip
Yogyakarta” yang mendukung eksistensi LGBT. Di Universitas Indonesia (UI)
Jakarta juga muncul lembaga pro LGBT pada Januari 2016. Lembaga ini bernama
SGRC (Support Group and Resource Center on Sexuality Studies).
Kedua, melalui Jalur sosial budaya. LGBT
dipropagandakan melalui lembaga advokasi, konsultasi, film, aksi lapangan, seni,
dan media massa. Tujuannya satu, yaitu agar masyarakat Indonesia menerima LGBT.
Ketiga, melalui jaringan. Pesatnya pengikut jutaan LGBT di Indonesia tidak lepas dari sponsor UNDP (United Nations Development Program), dan USAID (United States Agency International Development) , jaringan ini melangsungkan Dialog Komunitas LGBT Nasional Indonesia Nusa Dua Bali pada 13-14 Juni 2013
![]() |
(Foto: EPA) |
Dalam dokumen UNDP PBB, ada program pro LGBT bernama The Being LGBT in Asia Phase 2 Initiative (BLIA-2), dengan sasaran empat negara Cina, Indonesia, Filipina, dan Thailand. Program BLIA-2 ini didukung Kedubes Swedia di Bangkok, Thailand, dan USAID, menggelontorkan dana senilai 8 juta dolar AS, program ini berlangsung 2014-2017. Strateginya melalui kampanye-kampanye HAM dengan beragam media, baik langsung maupun secara tidak langsung.
![]() |
Kreatifitas Starbuck (Foto: Ist) |
Ke lima melalui jalur politik, dan diplomasi. Komnas HAM telah mengakui komunitas LGBT lewat Pernyataan Sikap Komnas HAM 4 Pebruari 2016. Terdapat juga Peraturan Menteri Sosial Nomor 8/2012 terkait kelompok minoritas, menyebut adanya gay, waria, dan lesbian. Demikian juga peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27/2014 tentang Pedoman Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Kerja 2015 yang juga memasukkan gay, waria, dan lesbian ke dalam peraturan terebut.
Comments
Post a Comment