JEMBATAN ENDOL ENDOL

 


Masyarakat Depok akhirnya punya Taman Alun-Alun, dan Hutan Kota. Saya pun tertarik, dan penasaran seperti apa yang ditawarkan Pemerintah Kota Depok untuk menyenangkan rakyatnya. Tidak main-main, obyek wisata ini menelan anggaran Rp58 miliar, loh! Memiliki luas 2,1 hektare dengan kapasitas ribuan orang.

Saya pun bergegas meluncur ke Taman Alun-Alun. Meneropong seperti apa suasana di sana. Untuk pejalan kaki tidak dikenakan tiket masuk alias gratis. Mobil dan motor dikenakan tiket masuk Rp3000. Wah, murah juga ya. Saya kira mahal. Saat mau bayar, langsung kebayang di benak saya harga sembako naik semua, jangan-jangan tiket masuk jadi ikut-ikutan mahal juga. Ternyata, itu hanya ketakutan saya aja. Xixixixixi.

Menurut penjaga karcis karena saya datang pada Jumat, kios UMKM tidak buka. “Kios UMKM tutup, buka-nya Minggu. Datang lagi mba. Minggu pasti seru. Pengunjung lebih ramai karena kios UMKM buka, banyak tersaji aneka makanan. Ada senam sehat, dan yoga,  para pelatihnya profesional. Tinggal pilih mau senam atau yoga,” kata pria bertubuh kurus itu penuh semangat mempromosikan.



Sepanjang jalan memasuki arena Taman Alun-Alun banyak masyarakat dengan segala tingkah, dan polanya, merayakan kegembiraan. Semuanya bersuka cita. Taman Alun-Alun, menjadi obyek wisata murah meriah. Menjadi daya Tarik luar biasa. Tak ada sekat disana. Baik yang berduit maupun berkantong tipis semua menikmati fasilitas yang sudah di sediakan.



Fasilitas di Taman Alun-Alun memenuhi kebutuhan masyarakat yang rindu suasana santai, dan nyaman. Ada sarana jogging track, pendopo, gedung serba guna, 12 kios UMKM, tempat bermain anak, outdoor gym, musala, area futsal, dan lain sebagainya.




Taman Alun-Alun menjadi ajang para selfie. Mulai dari anak-anak, remaja, bapak-bapak, ibu-ibu, bahkan para manula juga bersemangat mengabadikan setiap momen dengan gaya, dan caranya masing-masing.

 


Kedatangan pengunjung bule (orang asing) menambah suasana semakin meriah, dan penuh kelucuan. “Tuh, ada bule!!, nyok kita kesono kita foto,” celetuk seorang ibu sambil menarik salah satu temannya yang kebingungan.

“Ini bule dari mana ya??. Bule beneran dari luar negeri sono atau bule yang memang tinggal di Indonesia??,”dijawab dari salah satu rombongan emak-mak lainnya dengan wajah kocak sambil berebut minta foto bareng sama si bule tadi.

Saya pun hanya senyam senyum. Diam-diam, saya juga memotret bule itu yang lagi duduk bersama isteri, dan anak laki-lakinya. Mereka bertiga terlihat senang, dan selalu melempar senyum kepada para pengunjung yang lewat di depannya.


Sepanjang jalan, emak-mak banyak memanfaatkan momen untuk berbagi ajang saling foto selfie-selfie-an. Seolah tak mau kalah dengan generasi Gen-Z lainnya. Mereka terlihat sibuk mengatur posisi, mengatur bagaimana bagusnya untuk di foto. “Kita duduk disini aja. Capek habis muter-muter. Sambil duduk, sambil cuci mata. Ahahaha," kata si ibu berkerudung hitam itu tergelak.


Meksipun relatif bersih, dan tidak ada  ceceran sampah di sembarang tempat namun sayangnya, tempat sampah yang tersedia disalahgunakan pengunjung. Mereka tidak memilah-milah lagi mana sampah organik, kertas, dan non organik. Main cemplungin botol dan wadah plastik minuman bekas tanpa menyortir terlebih dahulu. Terkesan sepele tetapi sangat disayangkan karena masyarakat kita kurang peduli dengan tempat sampah yang sudah ditentukan fungsinya.

Setelah berjalan-jalan kesana-kemari, saya pun tertuju dengan sebuah jembatan gantung yang melewati Situ Tujuh Muara. Bergegas saya mengikuti rombongan emak-mak dengan tujuan sama. Sama-sama ingin merasakan seperti apa sensasi berjalan di jembatan gantung.

Perlahan saya menapaki jembatan gantung. Baru beberapa langkah terdengar teriakan salah satu dari rombongan emak-mak. “Jembatan endol-endol. Eh, endol-endol. Ya, Allah, jembatannya goyang. Goyang, endol-endol. Kepala pusing nih takut muntah,” teriak seorang ibu berbaju ungu sambil berpegangan tangan salah satu temannya.

“Gue pinjem kacamata hitum lu!!. Gue takut jatuh nih!!. Mana kacamata hitamnya. Eeeh Nung, gue pinjem kacamata lu yak. Kepala gue rasanya muter-muter."

Melihat ulah rombongan emak-mak itu, semua pengunjung yang ada di jembatan gantung itu pun tertawa semua. Mereka kompak menyebut jembatan gantung dengan nama jembatan endol-endol. 

“Jembatan endol-endol keren. Keren banget dah, bikin kita pusing tapi menghibur kayak baru turun dari kapal laut,” celetuk emak-mak berkerudung coklat yang datang bersama teman-teman pengajiannya.



Wisata ke Taman Alun-Alun Depok meskipun hanya sebentar tapi cukup terkesan. Saya melihat wajah pengunjung semuanya bersuka cita. Ternyata bahagia itu murah. Cukup dengan tiga ribu rupiah, kita bisa bahagia bersama keluarga tercinta.  


Comments

Popular posts from this blog

SHEVICA GAFUR MENERIMA KEDATANGAN VOLUNTER BARBARA DARI AMERIKA

KRIMI SAYUR BAYAM CAYENNE SHEVICA

KUE BEBAS GLUTEN CHERRY BERRY SHEVICA