PEMIMPIN Vs LALAT



Lalat Vs Pemimpin

Braaaaakkkk…..

Tiba-tiba seorang pria bertubuh tegap dengan tato bergambar mawar biru di tangan kiri itu  menggebrak meja warung mbok Iyem.  Dia, mengepalkan lima jarinya yang dipenuhi ikatan batu cincin segede biji jengkol. Saya yang duduk persis di pojokkan sebelah deretan bangku paling belakang  hanya bisa melongo, kebingungan.

Saya lalu  melirik pria bertubuh tegap itu. Wajahnya dingin, tanpa ekspresi. Alisnya tebal seperti semut beriring saling beradu. Ada tiga baris kerutan di jidatnya yang berkeringat. Tatapan matanya tajam seperti burung elang. Di sebelahnya, duduk pria tua bertubuh kurus, dengan kopiah hitam butut, dan bersafari lusuh  duduk terdiam membisu.

 Ada dua gelas besar  teh manis di meja dua pria itu. Teh manis milik pria bertato mawar biru itu tinggal separuh. Teh manis milik pria berkopiah hitam butut masih terlihat utuh. Di atas meja masih tersisa tiga potong singkong rebus, dan dua ikat kacang rebus di atas piring bercorak kembang warna-warni.

Saya bersikap cuek tapi masih tetap memperhatikan dua pria seumuran itu. Saya lalu pesan segelas teh manis hangat pada mbok Iyem. Teh manis buatan mbok Iyem takarannya sangat pas. Tidak terlalu manis, dan kental. Warnanya merah bersemu pink. Ada rasa rempahnya, semacam  parpaduan  sereh dan kayu manis, baunya juga harum. Teh manis buatan mbok Iyem, sudah kesohor sejak zaman jebot. Tak heran, bila pelanggan mbok Iyem bukan hanya dari kalangan menengah ke bawah tetapi juga menengah ke atas.

Tak sabar rasanya, saya segera menyereput teh manis hangat buatan mbok Iyem.  Hmmmm….ueeenak tenaaaan. Serasa menemukan sensasi yang ruar biasa. Segeeeer….!!. Sueeeer….!! Disambar kalong deh, kalau bohong!!….  Rasanya seperti menapak pada sorga langit ketujuh!!

“Baaah!! Pantas saja, orang londo betah ratusan tahun menjajah negeri ini. Mereka melakukan “pendodosan” kekayaan alam Indonesia yang kaya raya, sangat melimpah ruah. Mereka menjarah rempah-rempah hasil bumi pertiwi. Sontoloyo!!,” kata saya bersungut dalam hati.

Baru dua seruputan menikmati teh manis hangat mbok Iyem, untuk kedua kalinya, saya dikejutkan dengan  suara gebrakan meja. Braaaaak…..Braaaak…

”Ini sudah tidak benar. Pemimpin kita sudah keluar dari hukum Tuhan. Kita tinggal menunggu kehancuran!!,” seru pria bertato mawar biru itu emosional. 

“Bagaimana pendapatmu tentang pemimpin nasional kita?,” katanya sambil menoleh kekiri kearah sahabat karatannya itu.

“Orang buta tidak akan tahu warna, dan orang yang  tidak mengerti rahasia alam batin juga tidak akan tahu cara tasbih alam raya. Hanya mereka yang akrab dengan alam rahasia lah yang akan mengerti tasbih seluruh makhluk,” ucap pria berkopiah hitam butut itu sambil menyeruput teh manis pertamanya.

Saya tidak mengerti apa makna dibalik jawaban pria berkopiah hitam butut itu. Saya lalu memperhatikan pria bertato mawar biru yang nampak asyik mengisap satu batang  rokok kretek. Kepulan asap rokok kretek made in dewek yang keluar dari mulut pria bertato mawar biru itu, berputar-putar membentuk bola-bola kecil membumbung tinggi perlahan kemudian hilang tak berbekas.

“Indonesia urutan  kelima negara terkorup dunia. Utang pemerintah kini per Juli 2024,  tembus Rp 8.502,69 Triliun, atau naik sekitar Rp 57,82 triliun dalam sebulan. Pemerintah harus berani mengambil tindakan tegas. Para koruptor di bumi hanguskan.  Tak ada kompromi bagi para begundal penggondol uang rakyat. Preman lebih mulia dari koruptor. Uang hasil rampokan dibagikan kepada rakyat kecil. Kalau koruptor buat dirinya sendiri, dan kroni-kroninya, ” cerocos pria bertato mawar biru yang dijuluki ‘Pendekar Budiman Berpedang Perak ini’.

Pria berkopiah hitam itu hanya manggut-manggut. Kemudian, ia tersenyum. Suaranya lembut terdengar. “Kamu tahu,  apa arti pasir naik batu turun?,” katanya dengan wajah misterius.

Saya mencuri  percakapan dua orang beda penampilan ini. Saya tidak mengerti apa maksudnya, pasir naik batu turun? Saya berharap pria bertato mawar biru itu segera menjawab rasa penasaran saya.

“Sudah saatnya rakyat naik ke atas, pemimpin turun. Sebab, selama ini pemimpin yang diibaratkan batu besar semestinya jadi fondamen, pijakan bagi rakyat, tetapi kenyataannya malah sebaliknya. Justru sekarang rakyat yang diinjakin pemimpin. Tapi saya yakin rakyat  tidak akan rontok ,” kata pria bertato mawar biru itu.

 “Kamu tahu, buat apa Tuhan menciptakan lalat?,” lanjut pria berkopiah hitam lusuh itu. Rupanya ia tak mau kalah melemparkan pertanyaan kepada sahabat seperguruannya  itu.

  “Tahu, enggak??. Untuk melecehkan kaum tiran!!”

 “Apa maksudmu??, ”ujar pria bertato mawar biru itu semakin penasaran.

Lelaki berkopiah hitam lusuh itu tersenyum sambil menatap sahabatnya yang sama-sama sudah semakin menua.

“Kekuasan hanya merupakan ilusi belaka. Sehebat apa pun seorang penguasa, dia tidak  berdaya menghadapi seekor lalat, binatang kecil yang menyukai tempat kotor,” katanya penuh bijak.

Saya jadi teringat kisah dua kepala negara,  ketika Presiden SBY dihinggapi serangga di wajahnya, dan Presiden Barrack Obama yang tidak berkutik menghadapi seekor lalat yang berputar-putar di dahinya.

Nguuuuunnnnngggggggg………??????????      


Comments

Popular posts from this blog

KAMBING GILING SAOS TOMAT CAYENNE SHEVICA

BURGER MEXICO

UDANG TAHU RAGI GIZI JAMUR DENGAN KUKUS BUNGA KOL